Posisi 3 besar dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia nyaris tidak
pernah berubah. Mereka selalu mendominasi daftar orang kaya, yang
nilainya juga jauh dibandingkan orang-orang lain yang masuk dalam daftar
tersebut.
Tiga besar dalam daftar orang terkaya itu ditaksir
memiliki harta hingga US$ 32,5 miliar atau sekitar 38% dari total harta
milik 40 orang terkaya di Indonesia yang sebesar US$ 85,1 miliar.
Kekayaan
mereka juga meningkat tajam dibandingkan tahun 2010. Secara total,
nilai kekayaan 40 orang tersebut mencapai US$ 85,1 miliar, naik 19%
dibandingkan tahun 2010.
Tiga pihak yang 'mendominasi' daftar itu seperti dikutip dari Forbes, Kamis (24/11/2011) adalah:
1. R. Budi & Michael Hartono
Bersaudara
pemilik grup Djarum itu memiliki harta sebesar US$ 14 miliar atau
sekitar Rp 126 triliun. Salah satu aset terbesarnya selain pabrik rokok
Djarum adalah Bank Central Asia (BCA) yang merupakan bank dengan
nasabah terbesar di Indonesia.
Sepanjang tahun 2010, saham BCA
melonjak hingga 20% dengan laba mencapai Rp 8,3 triliun. Aksi terbaru
kelompok usaha grup Djarum adalah membeli Kaskus, melalui anak usahanya
Global Digital Prima Ventures.
Dengan kekayaan US$ 14 miliar
pada tahun 2011, berarti harta dua bersaudara itu bertambah US$ 3
miliar dibandingkan kekayaan di tahun 2010.
2. Susilo Wonowidjojo
Pemilik
Gudang Garam berusia 55 tahun itu berhasil menambah pundi-pundi
kekayaannya sebesar US$ 2,5 miliar menjadi US$ 10,5 miliar atau sekitar
Rp 94,5 triliun di tahun 2011.
Susilo kini merupakan Presiden
Komisaris dari perusahaan rokok Gudang Garam, yang didirikan oleh
ayahnya. Pabrik rokok terbesar kedua di Indonesia itu sebelumnya
dijalankan oleh saudaranya, Rachman Halim sebelum akhirnya meninggal
pada tahun 2008.
3. Eka Tjipta Widjaja
Taipan
berusia 88 tahun itu kokoh berada di posisi ketiga dengan harta
kekayaan US$ 8 miliar atau sekitar Rp 72 triliun, naik US$ 2 miliar
dibandingkan tahun 2010 yang sebesar US$ 6 miliar.
Kekayaan Eka
Tjipta itu terutama berasal dari perusahaan sawit Golden Agri-Resources.
Perusahan jasa finansialnya, Sinar Mas Multiartha turut memberikan
sokongan kekayaan bagi Eka Tjipta.
Namun sebelum kesuksesannya
kini, Eka Tjipta juga pernah menghadapi gagal bayar dari perusahaannya,
Asia Pulp & Paper sebesar US$ 10 miliar pada tahun 1997 ketika
krisis melanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar